#Day5: Aku ingin Kesana......

5 May 2012 4 comments


Air mukanya tiba-tiba berubah, dingin, kerutan dikeningnya berlipat-lipat ganda, seperti sedang memikirkan sesuatu, seperti sedang ditimpa sebuah masalah, tapi ia lebih memilih untuk diam. padahal sepersekian detik yang lalu ia baru saja terlihat begitu bahagia, berbunga-bunga dan sekarang, entah apa yang terjadi dengannya, ia seperti memiliki dua kepribadian, sebentar-sebentar tertawa, tak lama kemudian ia terlihat murung. Emmm… moody mungkin kata yang tepat untuk menjelaskan karakternya. Beberapa kali ia terlihat mengetik-ketikkan tuts hape, seperti sedang menulis sms, kemudian ia berkali-kali mengecek balasan sms. Setiap kali balasan sms muncul, ia terburu-buru membacanya dan mukanya berubah semakin tak karu-karuan. Akhirnya, ia pun beranjak dari dalam pondok mungil tempat ia biasa melepas lelah, walaupun hanya sekedar merebahkan tubuhnya sekitaran 15 menit. Pondok Senja, itulah nama yang sering ia ucapkan ketika sedang ingin mampir ke pondok yang berada di sudut kota, bersembunyi dari pengangnya suara keributan didalam rumahnya, suara yang saling berargumen tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang seharusnya bekerja keras siapa yang tidak, siapa yang kecapaian dan siapa yang bersantai.


Dua tahun yang lalu, keluarganya, rumahnya, orang tuanya, dan ia merupakan keluarga yang berbahagia, sebelum kejadian naas itu terjadi. Ia, Naya masih berumur 10 tahun, pada minggu pagi yang cerah, Naya dan sekeluarga berangkat ke Puncak untuk menghabiskan masa liburan, tak disangka hari itu merupakan hari terakhir Naya dapat bepergian dengan keluarganya. Hujan deras yang mengguyur jalanan sedikit mengganggu jarak pandang yang mengakibatkan mobil yang ditumpangi Naya dan keluarga menerobos pembatas jalan dan masuk jurang. Naya, adalah korban yang beruntung dan selamat dalam kecelakaan itu. Dan sejak kejadian itu Naya tak punya siapa-siapa lagi, ia diasuh oleh adik ayahnya yang belum mempunyai anak.


Hidup Naya semakin hari semakin sulit, ia dianggp seperti benalu dalam keluarga angkatnya. Hanya karena malu tak membantu keluarga, adik ayahnya bersedia mengasuh Naya. 13 tahun telah ia lewati sendiri dengan lubang-lubang luka yang semakin hari semakin menganga dan semakin pedih. Naya anak yang pemurung jika berada di rumah orang tua angkatnya, namun ia begitu bebas melepaskan perasaannya ketika ia berada di pondok Senja. Ia senang menggambar dan menulis, maka sejak pertama kali ia menemukan pondok itu ia pun mendekorasinya dengan sagat cantik dengan gambar-gambar dan warna-warna yang menghiasinya. Ia pun menggambarkan wajah kedua orang tua kandungnya agar ia tak pernah lupa, dan menuliskan surat setiap hari untuk kedua orang tuanya, yang ia letakkan di dalam botol-botol bening, ia bilang suatu hari ia akan mengirim semua suratnya dan saat ia sudah berhasil mendapatkan pekerjaan dan meninggalkan rumah kedua orang tua angkatnya.


Setelah beranjak dari Pondok senja, di sepanjang perjalanan, ia terlihat lesu, berjalan tak karu-karuan, sempoyongan seolah tak kuat menahan beban yang ada dikepalanya, ia bergumam, menggerutu, mulutnya komat-kamit, entah apa yang diucapkannya namun, ia tampak begitu kesal. Akhirnya, ia mengumpat dan inilah pertama kalinya aku mendengar suara Naya begitu kesalnya,


“Sial!!!! Perusahaan macam apa yang beberapa jam yang lalu menyatakan bahwa aku diterima diperusahaan itu, namun beberapa menit kemudian menyatakan bahwa mereka salah menelepon kandidat????”


“Bagaimana aku bisa keluar dari neraka itu dan merasakan kebebasan yang seutuhnya?”, “Bagaimana aku harus menghadapi cacian dan makian mereka yang setiap hari semakin tajam seperti belati??”.


Tiba-tiba Naya berhenti, kini ia telah sampai tepat di depan rumah orang tua angkatnya. Hanya tinggal beberapa langkah dari jalan raya. Napasnya tersengal-sengal, matanya melirik kekiri dan kekanan, tangannya gemetaran ramainya kendaraan yang berlalu lalang tak lagi kedengaran, ia panik dan kebingungan, bagaimana ia menjelaskan mengenai pekerjaan yang baru saja hilang dari genggaman? Akhirnya ia melangkahkan kakinya kearah rumah orang tuanya, ia melihat ayah dan ibu angkatnya baru keluar dari rumah, entah hendak kemana, muka mereka terlihat marah, mungkin baru saja selesai berdialog panjang lebar dengan topik yang sama setiap hari, bulan, dan tahunnya. Malam makin redup, Naya masih merasakan rintik hujan yang membasahi mukanya, namun ia tak bisa mendengarkan suara-suara, semuanya pengang ditelinganya. Setelah hampir setengah jalan melintasi jalan raya, ia melihat cahaya yang begitu terang kearahnya, Namun kedua orang tuanya berteriak-teriak ketakuatan, memanggil-manggil namanya, namun Naya tak mendengar apa-apa. Setelah itu Gelap.


Saat Naya membuka kedua matanya, ia melihat sosok dengan wajah yang begitu teduh dengan senyum diwajahnya mengulurkan tangan mengajaknya untuk pergi ke Taman Senja. Dan ia memberikan uluran tangannya dan pergi bersama kedua orang tua kandungnya dan berkata “Aku Ingin Kesana”.


Keadaan masih pengang di jalan raya, terlihat kedua orang tua angkat Naya tertunduk lesu, tak ada tagisan.
Sepersekian detik kemudian, ibu angkat Naya berteriak, melolong layaknya serigala yang akhirnya membuat Naya tersentak terbangun dari mimpinya yang..... mungkin baginya mimpi yang indah karena ia dapat bertemu dengan orang yang diinginkannya......
"Nayaaaaaaa!!!!!, dicari-cari kemana-mana gak tau nya kamu ada di sini, tidur lagi. Bangun kamu!! pantesan aja gak dapet pekerjaan, kerjaan kamu mimpi terus".

Seperti biasa, Naya hanya tertunduk diam dan segera berkemas untuk segera pulang, mempersiapkan berkas-berkas lusuh yang sudah ia siapkan sebulan yang lalu.
"Live Must Go On Nay," itulah kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan Pondok Senja dan mimpi indahnya.

4 comments:

Post-it Widget

Listen to the colour of your dreams.

THE BEATLES, Tomorrow Never Knows





I MUST remember

Seeing is deceiving, dreaming is believing It's okay not to be okay Sometimes it's hard to follow your heart
But tears don't mean you're losing Everybody's bruising There's nothing wrong with who you are

JESSIE J - WHO YOU ARE

#Day5: Aku ingin Kesana......



Air mukanya tiba-tiba berubah, dingin, kerutan dikeningnya berlipat-lipat ganda, seperti sedang memikirkan sesuatu, seperti sedang ditimpa sebuah masalah, tapi ia lebih memilih untuk diam. padahal sepersekian detik yang lalu ia baru saja terlihat begitu bahagia, berbunga-bunga dan sekarang, entah apa yang terjadi dengannya, ia seperti memiliki dua kepribadian, sebentar-sebentar tertawa, tak lama kemudian ia terlihat murung. Emmm… moody mungkin kata yang tepat untuk menjelaskan karakternya. Beberapa kali ia terlihat mengetik-ketikkan tuts hape, seperti sedang menulis sms, kemudian ia berkali-kali mengecek balasan sms. Setiap kali balasan sms muncul, ia terburu-buru membacanya dan mukanya berubah semakin tak karu-karuan. Akhirnya, ia pun beranjak dari dalam pondok mungil tempat ia biasa melepas lelah, walaupun hanya sekedar merebahkan tubuhnya sekitaran 15 menit. Pondok Senja, itulah nama yang sering ia ucapkan ketika sedang ingin mampir ke pondok yang berada di sudut kota, bersembunyi dari pengangnya suara keributan didalam rumahnya, suara yang saling berargumen tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang seharusnya bekerja keras siapa yang tidak, siapa yang kecapaian dan siapa yang bersantai.


Dua tahun yang lalu, keluarganya, rumahnya, orang tuanya, dan ia merupakan keluarga yang berbahagia, sebelum kejadian naas itu terjadi. Ia, Naya masih berumur 10 tahun, pada minggu pagi yang cerah, Naya dan sekeluarga berangkat ke Puncak untuk menghabiskan masa liburan, tak disangka hari itu merupakan hari terakhir Naya dapat bepergian dengan keluarganya. Hujan deras yang mengguyur jalanan sedikit mengganggu jarak pandang yang mengakibatkan mobil yang ditumpangi Naya dan keluarga menerobos pembatas jalan dan masuk jurang. Naya, adalah korban yang beruntung dan selamat dalam kecelakaan itu. Dan sejak kejadian itu Naya tak punya siapa-siapa lagi, ia diasuh oleh adik ayahnya yang belum mempunyai anak.


Hidup Naya semakin hari semakin sulit, ia dianggp seperti benalu dalam keluarga angkatnya. Hanya karena malu tak membantu keluarga, adik ayahnya bersedia mengasuh Naya. 13 tahun telah ia lewati sendiri dengan lubang-lubang luka yang semakin hari semakin menganga dan semakin pedih. Naya anak yang pemurung jika berada di rumah orang tua angkatnya, namun ia begitu bebas melepaskan perasaannya ketika ia berada di pondok Senja. Ia senang menggambar dan menulis, maka sejak pertama kali ia menemukan pondok itu ia pun mendekorasinya dengan sagat cantik dengan gambar-gambar dan warna-warna yang menghiasinya. Ia pun menggambarkan wajah kedua orang tua kandungnya agar ia tak pernah lupa, dan menuliskan surat setiap hari untuk kedua orang tuanya, yang ia letakkan di dalam botol-botol bening, ia bilang suatu hari ia akan mengirim semua suratnya dan saat ia sudah berhasil mendapatkan pekerjaan dan meninggalkan rumah kedua orang tua angkatnya.


Setelah beranjak dari Pondok senja, di sepanjang perjalanan, ia terlihat lesu, berjalan tak karu-karuan, sempoyongan seolah tak kuat menahan beban yang ada dikepalanya, ia bergumam, menggerutu, mulutnya komat-kamit, entah apa yang diucapkannya namun, ia tampak begitu kesal. Akhirnya, ia mengumpat dan inilah pertama kalinya aku mendengar suara Naya begitu kesalnya,


“Sial!!!! Perusahaan macam apa yang beberapa jam yang lalu menyatakan bahwa aku diterima diperusahaan itu, namun beberapa menit kemudian menyatakan bahwa mereka salah menelepon kandidat????”


“Bagaimana aku bisa keluar dari neraka itu dan merasakan kebebasan yang seutuhnya?”, “Bagaimana aku harus menghadapi cacian dan makian mereka yang setiap hari semakin tajam seperti belati??”.


Tiba-tiba Naya berhenti, kini ia telah sampai tepat di depan rumah orang tua angkatnya. Hanya tinggal beberapa langkah dari jalan raya. Napasnya tersengal-sengal, matanya melirik kekiri dan kekanan, tangannya gemetaran ramainya kendaraan yang berlalu lalang tak lagi kedengaran, ia panik dan kebingungan, bagaimana ia menjelaskan mengenai pekerjaan yang baru saja hilang dari genggaman? Akhirnya ia melangkahkan kakinya kearah rumah orang tuanya, ia melihat ayah dan ibu angkatnya baru keluar dari rumah, entah hendak kemana, muka mereka terlihat marah, mungkin baru saja selesai berdialog panjang lebar dengan topik yang sama setiap hari, bulan, dan tahunnya. Malam makin redup, Naya masih merasakan rintik hujan yang membasahi mukanya, namun ia tak bisa mendengarkan suara-suara, semuanya pengang ditelinganya. Setelah hampir setengah jalan melintasi jalan raya, ia melihat cahaya yang begitu terang kearahnya, Namun kedua orang tuanya berteriak-teriak ketakuatan, memanggil-manggil namanya, namun Naya tak mendengar apa-apa. Setelah itu Gelap.


Saat Naya membuka kedua matanya, ia melihat sosok dengan wajah yang begitu teduh dengan senyum diwajahnya mengulurkan tangan mengajaknya untuk pergi ke Taman Senja. Dan ia memberikan uluran tangannya dan pergi bersama kedua orang tua kandungnya dan berkata “Aku Ingin Kesana”.


Keadaan masih pengang di jalan raya, terlihat kedua orang tua angkat Naya tertunduk lesu, tak ada tagisan.
Sepersekian detik kemudian, ibu angkat Naya berteriak, melolong layaknya serigala yang akhirnya membuat Naya tersentak terbangun dari mimpinya yang..... mungkin baginya mimpi yang indah karena ia dapat bertemu dengan orang yang diinginkannya......
"Nayaaaaaaa!!!!!, dicari-cari kemana-mana gak tau nya kamu ada di sini, tidur lagi. Bangun kamu!! pantesan aja gak dapet pekerjaan, kerjaan kamu mimpi terus".

Seperti biasa, Naya hanya tertunduk diam dan segera berkemas untuk segera pulang, mempersiapkan berkas-berkas lusuh yang sudah ia siapkan sebulan yang lalu.
"Live Must Go On Nay," itulah kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan Pondok Senja dan mimpi indahnya.
4 comments:

Baiknya mungkin Naya 'disana'. :')


sebenernya ada yang kurang lin, ada yang mau aku tambahin..... biar kesannya gimanaaaaa gtu hahaha


sok ajah atuh kak tambahin. Biar makin makin :3


itu udah aku tambahin endingnya.... hehehe


Labels

Click, then..... see what happen....

Ads 468x60px

Another Transits

Followers

Featured Posts

 

©Copyright 2011 Ozoers | TNB