#Day 9: That World

Aku terjaga dari indahnya gelap yang datang kala malam Yang perlahan kelamkan pandanganku dari dunia yang fana dan penuh dengan ken...

#Day8: Pria-pria; Philips, Dion dan Tatum; Idolaku

Okeh,,,,,, hari ini kita akan berbicara mengenai.... IDOLA yay!!!!! Excited???? emmmmm......................................................

#Day7: How Addicted I am in using the Internet

  Ini lah yang saya lakukan dan rasakan, betapa kecanduannya saya sama si I-net. Well, saya sebenernya lagi mentok abis. Dunno what t...

#Day6: Huge Love in a Huge Hulk dalam The Avengers

Halau Kawaaaannnn.... (Ini si Lina pasti nengok dah :p) maaf jika saya memposting #Day6 sedikit terlambat (sebenernya bukan sedikit lagi, ta...

#Day5: Aku ingin Kesana......

Air mukanya tiba-tiba berubah, dingin, kerutan dikeningnya berlipat-lipat ganda, seperti sedang memikirkan sesuatu, seperti sedang ditimpa...

#Day4: Andai Aku…..

Jantungku berdegup kencang ketika kau tatap mataku dalam temaramnya malam kala itu kau tersenyum, aku tertunduk, malu, takut kau tau rona m...

#Day3:Sebuah Kesempatan untuk Mencintai

Ketika kesempatan kedua datang, mempertemukanku dengan cinta pertama; tak ada lagi alasan untuk mundur selangkah dan tak mengambil kesem...

#Day2: Make a Visit to Some Blogs home :D

Malam tadi aku merasa benar-benar kelelahan, sehingga setelah sepulang ngajar aku langsung ke kamar dan tanpa basa basi merebahkan diri di ...

A Poem to My Karet Kolor Brother :D

Aku tak tahu banyak tentangnya Aku mencoba mengenalinya lewat celotehan komen facebooknya Aku tak punya banyak kata untuk menggambarkan...

#Day1: I'm sorry for being unfriendly recently

Akhir-akhir ini aku sering merasa kesepian, perasaan seperti ini sudah mulai kurasakan pada awal-awal semester 8. Aku akui, pemilihan jurus...

Post-it Widget

Listen to the colour of your dreams.

THE BEATLES, Tomorrow Never Knows





I MUST remember

Seeing is deceiving, dreaming is believing It's okay not to be okay Sometimes it's hard to follow your heart
But tears don't mean you're losing Everybody's bruising There's nothing wrong with who you are

JESSIE J - WHO YOU ARE

#Day 9: That World

11:09 pm


Aku terjaga dari indahnya gelap yang datang kala malam
Yang perlahan kelamkan pandanganku dari dunia yang fana dan penuh dengan kenyataan yang dibuat-buat dan dinarasikan seolah-olah ianya nyata
Dan Memenuhi otak, mata dan telingaku dengan hal-hal yang tak pernah aku inginkan
Kelam membawaku ke tempat yang fiksi, penuh imajinasi dan khayalan
Membawa harapanku ke DUNIAMU, ke ruang yang ada hanyalah KAMU

Terang kembali sadarkan aku bahwa waktu ku dan kamu telah usai untuk bermimpi
Saatnya membuka mata untuk melihat apa yang benar-benar akan dan terjadi hari ini
Saatnya menyadari bahwa ruang yang kita tinggali tak lagi sama, dan waktu yang kita bagi pun telah berbeda

Saat aku membuka mata, ku yakin kau telah terjaga dan melangkah
Ketika ku pijakkan kakiku dan mulai beraktifitas, kau pun tentunya tengah sibuk mengatur langkahmu agar hari ini banyak cerita yang kau goreskan
Lalu ketika aku mulai berhenti untuk menorehkan cerita dan siap bercerita dalam Duniamu
kuyakin, kau tak lagi berdiri disana dalam dunia yang sama dengan Ku,,,,   
Read On 2 comments

#Day8: Pria-pria; Philips, Dion dan Tatum; Idolaku

10:24 pm
Okeh,,,,,, hari ini kita akan berbicara mengenai.... IDOLA yay!!!!!
Excited????
emmmmm..........................................................................................................!!!!!!
ummmmmmmmm...........................................................................................!!!!!!!!
emmm....... Confused!!!!

Well, kalo ngomongin masalah Idola, jujur saya punya buuuuaaaaaaaaannnnnnyyyyyyyyaaaaaakkkkk banget list di otak saya. Maklum,,,,, saya orang yang mudah sekali suka terhadap sebuah benda, seseorang, film, kartun, games, dan lain-lain.


Baru-baru ini saja saya sudah punya 3 idola, rata-rata dari mereka adalah pria (kenapa pria? karena saya suka jenis mereka heheheh), 2 idola merupakan hasil dari menonton masing-masing dari kontes menyanyi Indonesian Idol dan American Idol dan 1 idola lagi akibat dari menonton film The Vow dan 21 Jump Street.


Oke, mari kita bicarakan satu persatu.


Pria yang pertama ini bernama Philip Philips , ia adalah salah satu kontestan pria American Idol yang memiliki kans besar untuk menang, selain tampan, memiliki suara yang keren senyum yang super duper manis, tubuh yang atletis (idaman semua cewek dah, termasuk saya),  jago bermain gitar, dan  ia merupakan sosok yang rendah hati (interpretasi saya semua :P). Pertama kali saya mengenal sosok Philip ini ya,,,, melalui ajang American Idol yang saya tonton melalui sebuah channel swasta, saya terus mengikuti acara tersebut kecuali kalau ada ayah atau adik laki-laki saya, karena setiap kali ada dua sosok pria ini, saya akan selalu mengalah untuk tak menonton (sebenarnya mereka sih yang tidak mau mengalah sama saya :'( ). Alasan saya menyukai Philip karena selain alasan diatas hal yang saya tekankan adalah karena ia punya aura yang secara langsung bisa membuat saya terpana melihatnya dan langsung suka, kemudian inilah yang membuat saya benar-benar kesem-sem yaitu dia jago main gitar, kebanyakan dari penampilannya ia selalu membawa gitar, mnurut saya orang yang bisa memainkan gitar merupakan sosok yang sangat keren dan ROMANTIS, berarti tukang ngamen itu romantis donggggggg....... (emmm..... itu tergantung sikon ya?)

Pria kedua yang saya idolakan pun sama-sama berasal dari sebuah ajang kontes menyanyi, namun yang membedakan kontes ini merupakan kontes yang diadakan di dalam negeri yaitu Indonesian Idol dan bernama Dionsius Agung Subagyo , 

Alasan yang sama seperti halnya saya menyukai Philip pun menjadi alasan saya menyukai Dion, Ia mempunyai karakter vokal yang unik, Jazzy gimanaaaaa gitu, selain itu dia punya gaya menyanyi yang berbeda dengan penyanyi yang lain dan suka 'nyeleneh' ketika menyanyi, seperti contoh, ia suka memasukkan melodi  atau menyisipkan sebait lirik lagu lain ke dalam lagu yang sedang ia nyanyikan. Dan menurut saya hal itu bisa menjadi sebuah kekhasan Dion ketika menyanyi.

Here We Go!!!!!! yang ketiga adalah my DARL Channing Tatum......... Yay!!!! Loppppph Yu!!!!


Pertama kali saya mengenal my sweety ketika saya mendownload dan menonton film romantis The Vow,
 Pada awal cerita saya tidak begitu memperhatikan si handsome nan sexy ini, namun lama-kelamaan saya mulai merasa pria ini jika diperhatikan ia semakin hottie, tubuhnya yang kekar, posturnya yang tinggi besar, sosoknya yang begitu dewasa,,,,,, oh my god.... I Love Him Sooooooooooo Much!!!!!!!!

Pertemuan kedua saya masih melalui film, yaitu ia berlaga di film bergenre comedy, 21 Jump Street. 



Well pada awalnya saya meragukan kemampuannya berakting pada film ini namun, aksi lucu dalam wajah serius tatum berhasil membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Meskipun cerita komedi, Tatum tetap berpenampilan Handsome dan Sexy!!!!!


That's All Guys, inilah idola-idola yang sedang saya idolakan saat ini. Bagaimana dengan mu???
Read On 2 comments

#Day7: How Addicted I am in using the Internet

12:06 am

Ini lah yang saya lakukan dan rasakan, betapa kecanduannya saya sama si I-net.
Well, saya sebenernya lagi mentok abis. Dunno what to say, tapi semoga gambar ini bisa mewakili kecanduan saya sama I-net

Read On 0 comments

#Day6: Huge Love in a Huge Hulk dalam The Avengers

12:16 pm
Halau Kawaaaannnn.... (Ini si Lina pasti nengok dah :p) maaf jika saya memposting #Day6 sedikit terlambat (sebenernya bukan sedikit lagi, tapi udah terlambat :P). Kali ini saya ingin berbagi mengenai kesan saya mengenai film yang saya tonton kemaren, Jeng... Jeng... Jeng...!!! Yay!! THE AVENGERS!!! Siapa yang sudah nonton??? Mana Suaranyaaaaa?????? Yang sebelah sini????!!!! Yang sebelah sana???!!! #sambil ngulurin mic (Ini kenapa jadi kayak konser dangdutan -__-) Oke, buat yang belum, jangan bersedih hati, karena disini saya tidak akan menjadi spoiler, lebih kepada jadi reviewer (dikiiiiiittt aja ya?). Yap!! Siap-siap!! Tarik Nafas!!!! Hembuskan!!! Yak, Sekali lagi bu..... (Ini SIAPA YANG MAU MELAHIRKAN?????!!!!! #Jedotin kepala ke tiang listrik).



The Avengers, film ini pertama kali saya dengar dari seorang teman yang sudah menunggu-nunggu kemunculan film ini. Sehingga membuat saya sedikit penasaran seberapa baguskah film ini untuk ditonton, maka kemarin tanpa ada perencanaan dari awal saya dan teman saya berencana untuk menghabiskan weekend kami dengan menonton. Setelah melalui diskusi yang panjang, jadilah kami menonton The Avengers.

Wow, saat mengantri untuk membeli tiket; subhanallah!!! panjang sekaleeeee..... saya jadi teringat antrian sepanjang ini pernah saya alami ketika mengantri untuk film perdana Twilight Saga: Eclipse dan hal ini membuat saya semakin bersemangat untuk menonton, semakin penasaran, sebagus itukah The avengers?
Setelah mendapatkan tiket dan menunggu beberapa jam barulah saya memasuki arena bioskop dan masih harus menunggu beberapa menit sampai akhirnya The Avengers diputar.

Secara Singkat, The Avengers bercerita mengenai masalah yang muncul ketika kubus Tesseract yang ditemukan dilautan bersamaan dengan ditemukanya Captain America diaktifkan. Hal ini menyebabkan Loki, saudara Thor datang untuk menguasai bumi melalui kekuatan Tesseract yang bisa membuka pintu dimensi lain dimana disana telah menunggu pasukan Chauri yang akan membantu Loki untuk menjadi penguasa di Bumi; sehinga membuat Nick Fury pemimpin S.H.I.E.L.D (Sejenis organisasi agen mata-mata di Amerika) mengumpulkan para The Avengers yaitu: The Black Widow, Captain America, Hulk, Iron Man, Hawkeye, dan yang terakhir Thor (<-- tidak termasuk  sebenarnya, cuma karena ia punya urusan dengan adiknya Loki jadi ia ikut membantu). Pada Awalnya mereka agak sulit untuk menyatukan visi dan misi karena masing-masing pahlawan ini mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Sampai akhirnya mereka bersatu dan berhasil menutup kembali pintu dimensi dunia lain, menangkap Loki dan membawanya kembali ke Asgard dan bumi pun kembali aman dan damai, The End.(Udah???!!! gitu doank???!!! #Review apaan ini???!!!) <--coba tengok janji saya diatas, saya tak nak jadi spoiler tapi sedikit jadi reviewer :D #Peace!!.

Berbicara mengenai pahlawan tentunya masing-masing dari anda pasti mempunyai sosok pahlawan yang sangat diidolakan. Kebanyakan dari penggambaran pahlawan yang pernah saya lihat di beberapa film yang ber-genre fantasi mereka memiliki kostum yang keren, wujud ketika menjadi pahlawan dan manusia biasa 50-50 --> maksudnya sama-sama tampan/cantik, penyayang, mempunyai misi untuk menyelamatkan manusia, pokoknya perfect lah!!! Nah sekarang coba tengok keenam pahlawan yang termasuk ke dalam The Avengers : Black Widow, Captain America, Iron Man, Hawkeye, Thor dan Hulk (atau lebih tepatnya Geng Heronya Marvel's Comic :D) semuanya memiliki kriteria yang saya sebutkan tadi kan???? Adakah satu diantara mereka yang anda idolakan??!! Yap!!! Tampan, Cantik, dibalut dengan kostum yang unik dan keren, penyelamat umat manusia siapa yang tidak cinta dengan mereka..............!!!!

Emmm...... tapi, tunggu sebentar Black Widow, Captain America, Iron Man, Hawkeye, Thor sepertinya mereka cocok dengan kriteria diatas namun, bagaimana dengan Hulk??? Si monster Hijau yang akan berubah ketika ia sedang marah, tak punya kostum yang bagus seperti yang lainnya hanya bermodalkan celana pendek, itu pun compang-camping, menghancurkan apa saja yang dilihatnya. ??????? #Jederrrrrr!!!!

Well, si monster hijau yang pemarah ini...... apakah ia seorang hero? coba saja perhatikan kata-kata saya barusan, "monster hijau" bukan "pahlawan hijau/Hulk". Apalagi pada awal cerita Hulk diajak bergabung kedalam The Avengers bukan untuk menjadi prajurit tetapi HANYA UNTUK dimintai bantuannya menemukan keberadaan Tesseract melalui sinyal gamma yang dipancarkannya, setelah itu #Byeeeee. Jika dibandingkan dengan pahlawan-pahlawan yang lain Hulk bukanlah bagian dari mereka, Hulk adalah seorang Monster yang tidak bisa mengontrol emosinya, ia mengamuk, melampiaskan kemarahannya dengan menghancurkan apa saja yang terlihat disekelilingnya.

Tunggu sebentar, jika si Monster Hulk menghancurkan apa saja yang dilihatnya bahkan melukai orang lain karena amarahnya, dan si pahlawan menghajar sipenjahat sampai babak belur bahkan sampai mati, apa bedanya Hero dan Monster, cuma beda persepsi aja bukan?

Mungkin itu yang saya lihat perbedaan antara Hulk dengan yang lain, namun inilah saat di mana saya mulai mengidolakan Hulk. Ketika seseorang biasa mendapatkan kekuatan yang luar biasa hebatnya, mereka akan menggunakannya dalam hal kebaikan <-- itu kalo yang berperan sebagai pahlawan, dan ada juga yang menggunakannya dalam kejahatan<-- itu peran bagian si penjahatnya. Nah, dalam kasus Hulk, ia memang mendapatkan kekuatan yang luar biasa, namun ia tak bisa mengontrolnya sehingga dengan kekuatannya itu ia malah membahayakan orang lain. Setelah mengetahui kelemahan dibalik kekuatannya Hulk mengasingkan diri, belajar banyak hal, hingga ia menjadi seorang dokter dan bisa membantu sesamanya. Hulk, lebih bangga ketika ia menjadi manusia biasa yang bisa membantu orang lain tanpa melukainya dibandingkan ketika ia menjadi kuat namun malah mencelakakan orang-orang disekelilingnya. sikap inilah yang membuat saya menyukai Si monster hijau ini. Tak perlu menjadi manusia yang ekstraordinari, cukup menjadi ordinari dan bermafaat bagi orag banyak saja sudah cukup bagi Hulk :D #BigHug.

Selama pelariannya Hulk belajar mengendalikan emosinya agar ia tidak mudah berubah menjadi monster dan hal ini saya mulai memahami in a "Huge Green Hulk Monster there is a Huge Love", Hulk mungkin terlihat KASAR, ACUH, PEMARAH, namun dalam setiap tindakan yang ia lakukan secara kasar dan dalam pengaruh amarah atau emosi ia melakukannya karena ingin membantu, ia tulus, hal ini saya temukan juga pada beberapa adegan terakhir Hulk dalam The Avengers. Seperti, bagaimana ia berusaha semampunya untuk belajar menahan emosi selama bertahun-tahun, menahan amarahnya ketika ia mulai berubah, merasa menyesal setelah kembali menjadi manusia biasa dan tetap kembali ke Geng The Avengers untuk setidaknya bisa membantu. Dan akhirnya, amarahnya bisa membantu untuk melawan pasukan Chauri.

Sweety Hulk :'*


Read On 3 comments

#Day5: Aku ingin Kesana......

3:16 pm


Air mukanya tiba-tiba berubah, dingin, kerutan dikeningnya berlipat-lipat ganda, seperti sedang memikirkan sesuatu, seperti sedang ditimpa sebuah masalah, tapi ia lebih memilih untuk diam. padahal sepersekian detik yang lalu ia baru saja terlihat begitu bahagia, berbunga-bunga dan sekarang, entah apa yang terjadi dengannya, ia seperti memiliki dua kepribadian, sebentar-sebentar tertawa, tak lama kemudian ia terlihat murung. Emmm… moody mungkin kata yang tepat untuk menjelaskan karakternya. Beberapa kali ia terlihat mengetik-ketikkan tuts hape, seperti sedang menulis sms, kemudian ia berkali-kali mengecek balasan sms. Setiap kali balasan sms muncul, ia terburu-buru membacanya dan mukanya berubah semakin tak karu-karuan. Akhirnya, ia pun beranjak dari dalam pondok mungil tempat ia biasa melepas lelah, walaupun hanya sekedar merebahkan tubuhnya sekitaran 15 menit. Pondok Senja, itulah nama yang sering ia ucapkan ketika sedang ingin mampir ke pondok yang berada di sudut kota, bersembunyi dari pengangnya suara keributan didalam rumahnya, suara yang saling berargumen tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang seharusnya bekerja keras siapa yang tidak, siapa yang kecapaian dan siapa yang bersantai.


Dua tahun yang lalu, keluarganya, rumahnya, orang tuanya, dan ia merupakan keluarga yang berbahagia, sebelum kejadian naas itu terjadi. Ia, Naya masih berumur 10 tahun, pada minggu pagi yang cerah, Naya dan sekeluarga berangkat ke Puncak untuk menghabiskan masa liburan, tak disangka hari itu merupakan hari terakhir Naya dapat bepergian dengan keluarganya. Hujan deras yang mengguyur jalanan sedikit mengganggu jarak pandang yang mengakibatkan mobil yang ditumpangi Naya dan keluarga menerobos pembatas jalan dan masuk jurang. Naya, adalah korban yang beruntung dan selamat dalam kecelakaan itu. Dan sejak kejadian itu Naya tak punya siapa-siapa lagi, ia diasuh oleh adik ayahnya yang belum mempunyai anak.


Hidup Naya semakin hari semakin sulit, ia dianggp seperti benalu dalam keluarga angkatnya. Hanya karena malu tak membantu keluarga, adik ayahnya bersedia mengasuh Naya. 13 tahun telah ia lewati sendiri dengan lubang-lubang luka yang semakin hari semakin menganga dan semakin pedih. Naya anak yang pemurung jika berada di rumah orang tua angkatnya, namun ia begitu bebas melepaskan perasaannya ketika ia berada di pondok Senja. Ia senang menggambar dan menulis, maka sejak pertama kali ia menemukan pondok itu ia pun mendekorasinya dengan sagat cantik dengan gambar-gambar dan warna-warna yang menghiasinya. Ia pun menggambarkan wajah kedua orang tua kandungnya agar ia tak pernah lupa, dan menuliskan surat setiap hari untuk kedua orang tuanya, yang ia letakkan di dalam botol-botol bening, ia bilang suatu hari ia akan mengirim semua suratnya dan saat ia sudah berhasil mendapatkan pekerjaan dan meninggalkan rumah kedua orang tua angkatnya.


Setelah beranjak dari Pondok senja, di sepanjang perjalanan, ia terlihat lesu, berjalan tak karu-karuan, sempoyongan seolah tak kuat menahan beban yang ada dikepalanya, ia bergumam, menggerutu, mulutnya komat-kamit, entah apa yang diucapkannya namun, ia tampak begitu kesal. Akhirnya, ia mengumpat dan inilah pertama kalinya aku mendengar suara Naya begitu kesalnya,


“Sial!!!! Perusahaan macam apa yang beberapa jam yang lalu menyatakan bahwa aku diterima diperusahaan itu, namun beberapa menit kemudian menyatakan bahwa mereka salah menelepon kandidat????”


“Bagaimana aku bisa keluar dari neraka itu dan merasakan kebebasan yang seutuhnya?”, “Bagaimana aku harus menghadapi cacian dan makian mereka yang setiap hari semakin tajam seperti belati??”.


Tiba-tiba Naya berhenti, kini ia telah sampai tepat di depan rumah orang tua angkatnya. Hanya tinggal beberapa langkah dari jalan raya. Napasnya tersengal-sengal, matanya melirik kekiri dan kekanan, tangannya gemetaran ramainya kendaraan yang berlalu lalang tak lagi kedengaran, ia panik dan kebingungan, bagaimana ia menjelaskan mengenai pekerjaan yang baru saja hilang dari genggaman? Akhirnya ia melangkahkan kakinya kearah rumah orang tuanya, ia melihat ayah dan ibu angkatnya baru keluar dari rumah, entah hendak kemana, muka mereka terlihat marah, mungkin baru saja selesai berdialog panjang lebar dengan topik yang sama setiap hari, bulan, dan tahunnya. Malam makin redup, Naya masih merasakan rintik hujan yang membasahi mukanya, namun ia tak bisa mendengarkan suara-suara, semuanya pengang ditelinganya. Setelah hampir setengah jalan melintasi jalan raya, ia melihat cahaya yang begitu terang kearahnya, Namun kedua orang tuanya berteriak-teriak ketakuatan, memanggil-manggil namanya, namun Naya tak mendengar apa-apa. Setelah itu Gelap.


Saat Naya membuka kedua matanya, ia melihat sosok dengan wajah yang begitu teduh dengan senyum diwajahnya mengulurkan tangan mengajaknya untuk pergi ke Taman Senja. Dan ia memberikan uluran tangannya dan pergi bersama kedua orang tua kandungnya dan berkata “Aku Ingin Kesana”.


Keadaan masih pengang di jalan raya, terlihat kedua orang tua angkat Naya tertunduk lesu, tak ada tagisan.
Sepersekian detik kemudian, ibu angkat Naya berteriak, melolong layaknya serigala yang akhirnya membuat Naya tersentak terbangun dari mimpinya yang..... mungkin baginya mimpi yang indah karena ia dapat bertemu dengan orang yang diinginkannya......
"Nayaaaaaaa!!!!!, dicari-cari kemana-mana gak tau nya kamu ada di sini, tidur lagi. Bangun kamu!! pantesan aja gak dapet pekerjaan, kerjaan kamu mimpi terus".

Seperti biasa, Naya hanya tertunduk diam dan segera berkemas untuk segera pulang, mempersiapkan berkas-berkas lusuh yang sudah ia siapkan sebulan yang lalu.
"Live Must Go On Nay," itulah kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan Pondok Senja dan mimpi indahnya.
Read On 4 comments

#Day4: Andai Aku…..

2:11 pm

Jantungku berdegup kencang ketika kau tatap mataku dalam temaramnya malam kala itu

kau tersenyum, aku tertunduk, malu, takut kau tau rona merah di pipiku

 Aku berharap malam tak segera berakhir, pagi tak segera menjelang, dan kau masih disampingku menemani malam diantara bintang-bintang yang bertaburan

Aku berharap dapat melihatmu setiap waktu agar hari-hariku penuh dengan warnamu

Aku berharap kau dan aku terjebak dalam waktu, agar tak ada hari esok, hanya ada hari ini, saat ini dan kau takkan pergi meninggalkanku

Aku kalut dan risau, aku tahu waktu sedang tak berpihak padaku, ianya melaju dengan sangat cepat tanpa memberikan aku kesempatan untuk menggenggammu lebih erat dan lebih lama lagi

Aku terus memejamkan mataku, agar mimpi yang teramat manis ini tak pernah berakhir

Aku tak ingin membuka mataku, karena aku takut, tak lagi dapat melihatmu, melihat senyummu, atau pun mendengar lelucon yang selalu berhasil menghiasi hari-hariku dengan tawa

Andai aku bisa memeluk erat tubuhmu, kan kutandai bau parfummu, agar aku bisa terus merasa kau ada disisiku

Namun, malam tetap kan berakhir, pagi pun akan segera menyambut, esok pagi tetap ada dan kau akan tetap pergi. Beranjak menuju ruang yang lain.

Andai aku bisa menghentikanmu melangkah pergi, setidaknya ruang yang kutinggali ini tak lagi sepi„„,
Read On 6 comments

#Day3:Sebuah Kesempatan untuk Mencintai

3:11 am

Ketika kesempatan kedua datang, mempertemukanku dengan cinta pertama; tak ada lagi alasan untuk mundur selangkah dan tak mengambil kesempatan itu. Ya, manusia memang berencana, tapi tuhan yang menentukan. Ia punya rencana yang lebih baik untuk membuat cerita cinta siapapun menjadi lebih indah. 

Malam minggu ini aku sedang menilai  hasil ulangan harian murid-muridku pagi tadi, baru saja memulai mama datang ke kamarku. Ia mengajakku untuk menemaninya dan ayah ke sebuah pesta pernikahan kerabat kami, awalnya aku menolak namun aku tak sampai hati tak menuruti kemauan kedua orang tuaku tercinta. “Ayo dong na, sekali-sekali temenin ayah sama mama ke pesta, lagian kan ini pesta pernikahan sepupu kamu juga, gak enak kalau tidak datang,” bujuk mamaku. “Tapi ma, tugas ku masih banyak dan menumpuk, kalau tak dikerjakan sekarang besok aku keteteran,” jawabku mengelak. “Betul yang dibicarakan oleh mamamu na,” tiba-tiba ayah sudah berdiri di depan pintu kamarku, lalu melanjutkan “sekali-sekali keluar mencari udara segar, apalagi ini kan malam minggu, refreshing sebentar kan tak apa-apa, jangan terlalu serius lah berkutat dengan pekerjaanmu itu, seperti tak ada hari esok saja,” ayahku pun menimpali. “Kalau ayah sudah berbicara, Ana tak dapat menolak….. baiklah, aku siap-siap dulu ya ma, yah?”, jawabku malas-malasan. 

Sepuluh menit kemudian kami telah siap untuk berangkat, tempat pesta pernikahan sepupuku tak begitu jauh dari rumah, hanya cukup 10 menit saja kami sudah sampai. Begitu memasuki pesta, aku bertemu dengan teman-temanku sewaktu di SD, maka reunian mendadak pun tak terelakkan. “Hai Ren,,, Rini, apa kabar…. Udah lama gak ketemu. Seneng deh bisa ketemu kalian disini,” ujarku bersemangat. “Baik na, kami juga gak nyangka kalau Ana datang juga ke sini, kamu kapan Nyusul na? Aku sama Rini udah duluan tahun kemarin, Jangan kelamaan,” ledek Rena.
Mendengar ucapan Rena aku hanya tersenyum dan membalas dengan jawaban yang biasa aku lontarkan ketika mendapatkan pertanyaan seperti ini, ”Nanti aku juga akan segera menyusul jika sudah ketemu jodohku”. “Ah, kamu na, jawabannya selalu seperti itu, tapi aku akan berdoa supaya jodoh kamu cepat-cepat datang, dan segera menyusul kita-kita,” ujar Rini. Dan aku pun merespon doa Rini dengan mengucapkan “Amin………”. Memang di usiaku yang ke-24 aku masih sendiri, aku terlalu sibuk dengan duniaku sebagai guru dan murid-muridku, sampai-sampai aku lupa untuk merencanakan masa depanku sendiri. Banyak yang mencemaskanku, namun sebenarnya ada hal yang ingin aku selesaikan terlebih dahulu, sebelum aku memutuskan untuk menikah, yaitu memastikan bahwa masihkah ada kesempatan untukku dan cinta pertamaku?
Setelah bercanda dengan Rena dan Rini, kepalaku mendadak pusing. Aku teringat bahwa seharian ini aku belum mendapatkan asupan makanan, karena padatnya kegiatan di sekolah. Maka tubuhku oleng dan menabrak seorang pria yang berdiri tepat di belakangku, dan refleks pria itu langsung menahan tubuhku yang terjatuh. Aku tak ingat apa-apa lagi, dan saat mataku terbuka aku sudah berada di rumah. “Alhamdulillah na, kamu sudah sadar, mama cemas sekali…. Kamu tuh kebiasaan deh, kalau makan selalu ditunda-tunda, begini kan jadinya, maag kamu kambuh lagi,” protes mamaku. “Iya ma, maaf. Ana janji akan memperhatikan pola makan Ana, oya ma, semalam siapa yang menolong Ana ketika pingsan? ” tanyaku. “Oh, dia anaknya teman ayah sewaktu di SMA, untung saja dia refleks menangkap kamu sehingga kamu tidak jatuh,” jelas mamaku. “Oya, tadinya mama dan ayah mau mengenalkan kamu sama dia, eh kamunya malah pingsan,” mamaku menambahkan. “Oh,,,, begitu…..,” jawabku. Hemphh…. Ya sudahlah, mungkin lain kali aku bisa bertemu dengannya untuk kedua kalinya dan mengucapkan terima kasih karena telah menolongku tadi malam.

Dua hari kemudian kondisiku sudah pulih, dan aku sudah bisa melakukan aktifitasku seperti biasa yaitu mengajar. Dua minggu telah berlalu, kembali di malam minggu yang tenang ini aku masih berkutat dengan pekerjaanku mengecek nilai-nilai atau pun menyiapkan materi pelajaran yang akan aku ajarkan pada hari seninnya. Setelah hampir satu jam berkutat dengan pekerjaanku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku, aku sudah bisa menebak siapa lagi yang mengetuk kalau bukan mama. Hemm….. aku merasa sedikit curiga dengan mama, rencana apa yang sedang ia persiapkan untukku, karena semenjak kejadian pingsan di pesta waktu itu mama tak henti-hentinya membicarakan tentang pria yang membantuku saat itu. “Ana,,,,, sedang sibuk tidak?”, Tanya mamaku berbasa-basi. “Tidak terlalu ma, masuk saja. Emmm…. Ada apa?”, tanyaku. “Ayah sama mama berencana untuk mengunjungi seorang teman, Ana Ikut ya?”, ajak mamaku. “harus ya ma??? Ana lagi malas keluar…..”, kali ini berusaha menolak. “Tapi na, kali ini ayah dan mama akan pergi ke rumah teman ayah yang anaknya membantumu ketika kamu pingsan di pesta waktu itu, apa kamu tidak mau bertemu dan mengucapkan terima kasih atas pertolongannya?”, mamaku berusaha membujuk dengan memberikan alasan yang membuatku tak dapat menolak, karena memang sedari awal aku ingin mengucapkan terima kasih kepada pria itu. “Oh…. Begitu? Baiklah, Ana ikut deh……, sekalian Ana ingin mengucapkan terima kasih pada pria itu,” maka aku pun bergegas untuk bersiap-siap dan mama pun keluar dari kamarku dengan sebuah senyum yang aneh, seolah-olah senyumnya itu menandakan bahwa misinya telah berhasil membujukku untuk sekali lagi keluar di malam minggu ini.
Perjalanan menuju rumah teman ayah cukup memakan waktu, sekitar 25 menit kami baru sampai di rumah yang di tuju. Rumah yang kami tuju, merupakan rumah yang cukup unik, karena warna dominan dan pernak-pernik yang menghiasi rumah ini merupakan warna kesukaan ku, yaitu biru. Warnanya begitu teduh dan membuat aku merasa sedang berada di rumah sendiri. Setelah beberapa menit melihat-lihat, teman ayah pun keluar bersama anaknya, seorang pria. Aku tak dapat melihatnya karena aku berjalan di belakang ayah. Maka, acara reunian ayah dan temannya pun berlangsung di depan rumah, masing-masing menanyakan kabar dan saling memuji. Hingga tiba saat teman ayah memperkenalkan anak laki-lakinya pada ayah, yang membuatku sedikit penasaran dan ingin segera melihatnya. Dan ketika teman ayah menyebutkan nama pria ini aku pun tersentak, otakku berfikir keras, mencari file nama-nama teman lama yang pernah mampir dalam hidupku. “Perkenalkan, ini anak aku yang laki-laki, sekarang dia udah kerja di Padang sebagai manajer pada sebuah perusahaan periklanan, namanya Gustian Rizki.” Jelas teman ayah.

“Gustian Rizki???”, aku pun mengulangi nama pria itu dan melonggok untuk memastikan pria ini adalah “Ian”. Dan benar saja, pria yang sudah menolongku pada pesta waktu itu adalah Ian. Ia pun pria yang selama ini memenuhi otakku, dan menjadi alasan kenapa sampai detik ini aku masih ingin sendiri, karena aku masih merasa ada hal yang belum aku selesaikan, masih ada yang mengganjal, masih ada cerita yang belum kuselesaikan, ianya terpotong oleh sebuah jarak yang tak kunjung mempersatukan ku dengan pria ini, cinta pertamaku pada pandangan pertama di sebuah acara seminar pendidikan mengenai Pencegahan Narkoba di kalangan Generasi Muda. Selama 7 tahun ia mengisi hari-hariku dengan sebuah pertanyaan “Masih adakah kesempatan untukku bertemu dan menyatakan perasaanku kepadanya?”.

Tujuh tahun yang lalu, aku bertemu dengan Ian dalam sebuah seminar pendidikan. Saat itu aku masih kelas 1, dan ia kelas 3 SMA. Pertemuan ku dengannya berawal dari ketidaksengajaanku menabraknya, aku yang baru pertama kali mengikuti sebuah kegiatan  di kabupaten merasa agak kebingungan ketika mencari tempat duduk, kebetulan aku terpisah dari kelompokku. Dan ketika aku melihat ada tempat duduk yang masih kosong aku mempercepat langkahku dan tanpa sadar aku dan Ian saling berebut tempat duduk dan bertabrakan. Namun sebagai seorang pria, ia memberikan tempat duduk itu kepada ku dan ia memilih untuk duduk di bangku sebelahnya. Setelah itu ia mulai bertanya tentang dari mana aku berasal, kelas berapa dan obrolan-obrolan lainnya sampai-sampai kami bertukar tanda pengenal kami saat seminar, Ian bilang “Nanti, kalau tuhan mengizinkan kita bertemu kembali, kita harus saling menunjukkan kartu pengenal ini ya?”, kata-kata inilah yang membuat aku bertahan sampai detik ini menunggu sebuah kesempatan untuk kembali bertemu dengannya. Dan sepertinya, tuhan mulai luluh melihat kesabaranku menunggu kesempatan kedua dan mempertemukanku sekali lagi dengan cinta pertamaku.

Setelah saling memperkenalkan, ayah diajak temannya untuk masuk. Pada saat itu aku melihat Ian memperhatikanku dengan seksama dan sengaja berjalan agak lambat agar berjalan beriringan denganku. Ia terus memperhatikanku, dan hal ini membuat aku sangat senang karena ini menandakan bahwa ia masih mengingatku, mungkin, namun itulah yang kuharapkan hingga akhirnya ia berteriak histeris yang membuat ayahku dan ayahnya saling kebingungan. “Emmmm…… Ana ya??!!”, Tanyanya dengan sedikit ragu. Aku tak menjawab, aku hanya menatapnya dan tersenyum. Tiba-tiba saja ia memelukku dan berkata “sudah kuduga, sejak pertama kali aku menolongmu di pesta, aku agak familiar dengan wajahmu An,”. Setelah tanpa sadar ia memelukku ia pun melepaskan pelukannya karena sadar sedang diperhatikan oleh ayahku dan ayahnya. “mmmm…. Maaf, aku terlalu senang pak bertemu dengan Ana, sehingga tanpa sadar…..”, Ian berusaha menjelaskan. Aku fikir ayah akan marah namun ia malah terlihat begitu sumringah ketika tahu kami sudah saling mengenal. “Syukurlah kalau kalian sudah saling mengenal, jadi ayah tak perlu repot-repot lagi memperkenalkan kalian,” jawab ayahku. “Kalian mengobrol saja dulu diruang tengah, kami pun juga ingin mengobrol, ayah tinggal ya Ian?” Jelas ayah ian yang langsung saja mengajak ayahku dan mama masuk ke ruang makan.

Ketika ayahku dan ayah Ian sudah masuk, aku langsung membuka dompetku, mencari kartu tanda pengenal Ian sewaktu seminar, dan ia pun sepertinya juga membuka dompetnya. Kami seperti sedang berlomba untuk mencari kartu pengenal itu dan secara bersamaan aku dan Ian menemukan kartu pengenal itu dan saling menunjukkannya. Tak ada kata yang terucap antara aku dan ian, namun mata kami berbicara seolah-olah berkata bahwa “hei, aku masih menyimpannya,” lalu kami pun tenggelam dalam cerita masa lalu dan kehidupan kami selama 7 tahun belakangan hingga hari ini. Hari di mana kami dipertemukan kembali oleh rencana tuhan dan kesempatan kedua. Setelah puas berbincang-bincang dan saling bertukar nomor handphone kami pamit untuk pulang.

Sejak saat itu, hubunganku dengan Ian semakin dekat. Ia sering menelpon atau mengesemesiku hanya untuk mengetahui kabarku. Setiap malam minggu aku tak lagi berkutat dengan pekerjaanku karena Ian akan selalu datang ke rumah untuk mengajakku jalan-jalan, makan-makan, atau mengobrol dan menghabiskan sepanjang malam minggu untuk mengganti waktu tujuh tahun yang telah terlewatkan. Enam bulan telah berlalu, hubunganku dengan Ian semakin membaik, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk saling mengenal sampai pada suatu hari Ian melamarku. Dan hari itu merupakan hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.

Namun sejak Ian melamarku, sikapnya agak berubah. Tatapan matanya sering terlihat kosong. Tubuhnya mungkin sedang bersamaku namun sepertinya pikirannya tidak, ada hal yang sedang ia fikirkan. Sampai pada suatu hari saat itu hari ulang tahunnya, 5 Agustus 2011. Aku berencana untuk memberikan kejutan dengan tidak memberitahunya atas kedatanganku. Dan saat itu aku melihat Ian sedang memeluk seorang wanita di ruang tengah. Pada saat itu juga hatiku hancur, inikah jawaban atas perubahan yang terjadi pada diri Ian? Ketika ia melihatku, ia langsung melepaskan pelukannya dan berusaha mengejarku. Aku memang bukan pelari yang cepat sehingga ia bisa mengejarku dan menahanku untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

“Ana, maaf. Aku tak pernah cerita padamu sebelumnya mengenai... Rika, ia adalah gadis yang selama 2 tahun belakangan ini mengisi hari-hariku, namun cintaku bertepuk sebelah tangan karena ia menyukai pria lain, ketika aku tahu bahwa ia tak mempunyai perasaan apapun padaku aku mulai mencoba membuka hatiku untukmu na,,,,” Ian berhenti sejenak, mengumpulkan segenap kekuatannya untuk melanjutkan kata-katanya dan aku berusaha untuk tak menatap matanya yang hanya akan membuat hatiku semakin pilu. “Kini, ia dalam kesulitan An, aku tak bisa membiarkan ia sendirian, aku harus berada disisinya untuk sementara waktu. Maka, aku harap Ana bisa mengerti jika rencana pernikahan kita diundur untuk beberapa bulan ke depan,” jelasnya.

            Aku tersentak, ia lebih memilih untuk bersama Rika dibandingkan denganku, aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, yang terlintas dipikiranku saat itu hanyalah, berusaha melepaskan tangannya dari tanganku dan berkata “aku telah cukup lama dan cukup bersabar menunggu kesempatan ini datang, haruskah aku kehilangan kesempatan ini sekali lagi?? Jika ia lebih penting bagimu, pergilah…….. mungkin kau bukan untukku”, setelah mengucapkan kata-kata itu, aku pun pergi meninggalkan Ian dan Rika. Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, jika memang Rikalah yang terbaik baginya, aku akan mendoakan untuk kebahagiaannya.

            Setahun sudah kulewati hari-hariku tanpa Ian disisiku dan seperti biasa, aku mengisi hari-hariku dengan mengajar. Ternyata anak-anak bisa menjadi obat paling ampuh untuk mengobati rasa sakit dihatiku. Ya, untuk sementara anak-anak mampu mengalihkan pikiranku dari Ian. Hingga pada suatu malam, di acara pesta ulang tahunku yang ke-25 aku menemukan jawaban mengenai pertanyaan terakhirku pada Ian, “haruskah aku kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya?”. 

Tiba-tiba saja aku mendengar suara yang sangat kukenal lewat sebuah pengeras suara dari luar rumah, ya…. Itu suaranya, Ian sedang berada diluar rumahku dan membacakan sebuah surat ditengah keramaian tamu yang datang dipestaku.

Kepada, wanita yang telah mengajarkan aku tentang arti sebuah kesetiaan “Ayana Putri”: Melalui surat ini, aku memberanikan diri untuk kembali membuka sebuah kesempatan yang mungkin sudah tak lagi pantas untukku. An, aku tau aku telah menyakitimu dengan meninggalkanmu demi wanita lain. Jujur, aku tak pernah sedetik pun tak memikirkanmu, tak terlelap karena air matamu masih membekas dalam ingatanku, tak sepantasnya aku menyakiti wanita yang telah mengajarkan aku arti sebuah kesetiaan dan meyakini sebuah kesempatan yang mungkin saja tak pernah ada. Saat terakhir kali kau pergi meninggalkanku, aku pun memutuskan untuk benar-benar meninggalkan Rika karena aku sadar, berada dibawah bayang-bayang masa lalu hanya akan menyakitiku. An, mungkin aku tak pantas lagi memohon untuk sebuah kesempatan, namun aku berharap mungkin saja masih ada kesempatan ke-3, ke-4 atau lainnya untukku. Selama setahun aku mencoba untuk menantang hatiku, seberapa kuat aku bertahan tanpamu, dan kenyataanya, aku tak bisa hidup tanpamu An, dan untuk terakhir kalinya “Will You marry Me for this last change??”

Aku tak menjawab, yang kulakukan saat itu hanyalah memeluknya, itulah jawabanku atas kesempatan dan rencana yang telah tuhan berikan pada malam ulang tahunku yang indah ini.
The End
Read On 3 comments

#Day2: Make a Visit to Some Blogs home :D

5:01 am
Malam tadi aku merasa benar-benar kelelahan, sehingga setelah sepulang ngajar aku langsung ke kamar dan tanpa basa basi merebahkan diri di atas kasur. Sembari beristirahat aku membuka Facebook dan mengecek kalau-kalau ada postingan baru dari teman-teman #30HariBlogging, namun ternyata setelah mengecek blognya Ka Dezka, Lina, farah, dan Ika ternyata baru ka deska dan farah saja yang sudah posting tulisan pertamanya. Ka Deska bercerita tentang bagaimaa ia melewati hari pertamanya dibulan mei dengan dikejar deadline sampai-sampai ia harus menggunakan 2 pc untuk mengerjakan pekerjaannya. Aku cukup salut dengan wanita yang satu ini, karena ia mampu bekerja dibawah tekanan deadline seandainya aku membayangkan bahwa ia adalah aku, mungkin aku sudah tewas duluan :D. Kemudian aku membaca postingan Farah, ia bercerita tentang betapa ia merindukan sosok ayah angkat yang dicintainya yang telah meninggal dunia. Wow, aku sedikit terkejut mengetahui fakta tentang gadis yang satu ini. Tak pernah aku bayangkan bahwa ia begitu menderita tinggal dengan orang tua angkatnya, lewat tulisannya membuat aku semakin bersyukur dan menghargai waktu dengan keluargaku, thanks farah, tetap semangat ya dalam menjalani hidup ini :).

Tanpa sadar aku pun terlelap, mungkin karena faktor kelelahan dan pagi ini aku terbangun, buka karena mimpi buruk tapi karena aku kehausan, maka aku pun ke dapur untuk mengambil air yang sudah aku siapkan sedari semalam untuk kuminum. Alhasil, air yang kuletakkan didalam kulkas pun membeku dan gagal kuminum. Akhirnya, aku mengambil air minum yang lain, setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, yaitu air; aku kembali kekamar dan mengecek notification facebook. Ternyata sudah ada beberapa pemberitahuan dari teman-teman #30HariBloggin yang men-tag postingan mereka di facebook ku. Maka aku pun mengunjungi blog mereka satu persatu, layaknya melayani permintaan fans untuk memberikan tanda tangan, #hahaha ngayal.

Pertama aku mengunjungi blog Lina yang bercerita tentang Perfectionist dan Distraction yang membuat semangat anak ini agak down, aku merasa ia sedang membuat tulisan tentang permasalahanku yang mengenai distraction dan ku akui, aku salah satu korban distraction, jadi lina you're not alone, I'm here with you, let's keep on trying to be better ya? Dan selanjutnya aku mengunjungi blog Ika yang berbicara tentang spot atau tempat yang ia suka yaitu jembatan layang yang ada di dekat Rumah Sakit Mitra dan ternyata merupakan jembatan yang sering aku lewati setelah pulang ngajar dan menjadi salah satu tempat yang cukup menarik buat ku. Alasannya sih simple, sama seperti yang diutarakan Ika, bukan bermaksud copy paste, tapi memang lampu kendaraan yang berkelap-kelip dijalanan pada malam hari itu lebih mirip kunang-kunang dan cukup indah buatku.

Puncak dari kegiatan membaca postingan teman-teman #30HariBlogging ini adalah memberikan komentar, bagian ini merupakan bagian yang paling aku senangi, karena melalui komentar pembaca; penulis merasa tulisannya dihargai. Meskipun tulisannya tak begitu bagus, namun pembaca merupakan salah satu media pendorong penulis untuk menulis lebih baik lagi. Lagi pula, melalui komentar jarak antara penulis dan pembaca terlihat begitu dekat, mereka memberikan pujian, saran atau kritikan yang membagun agar si penulis bisa menjadi lebih baik lagi. Namun ada hal yang membuat aku sedikit terganggu ketika memberikan komentar, yaitu adanya syarat untuk menuliskan tulisan-tulisan tak jelas yang bertujuan untuk membuktikan si komentator adalah manusia, apalagi ada sebaris kalimat yang berbunyi: Buktikan bahwa Anda bukan robot atau yang lebih parah lagi ketika aku hendak mendownload buku dan ada pula syarat seperti yang aku sebutkan diatas dan kalimat yang berbunyi: Buktikan bahwa anda bukan hewan WHAT????? memangnya robot atau hewan-hewan itu mengetahui bahwa ada aplikasi virtual yang bernama Blog yang memfasilitasi penggunanya untuk menulis dan memberikan komentar terhadap tulisan??? Aku sedikit kurang setuju dengan adanya penekanan kalimat itu, okelah aku tak masalah ketika harus menuliskan tulisan tak jelas itu ke dalam box namun tak perlulah ditambahkan dengan tulisan2 pengantar yang terkesan menghinaku sebagai manusia #ehm emosi :c.

Well, mungkin postingan ke-dua ku ini hanya sekedar me-review tulisan yang aku baca hari ini. Hal ini disebabkan karena aku begitu excited dengan tulisan2 yang ditulis teman2 #30HariBlogging. Melalui tulisan mereka aku menemukan begitu banyak warna cerita yang berbeda dan masing-masing memiliki karakater bercerita yang unik dan berbeda pula. Hemmm..... sebenarnya aku ingin bercerita banyak pagi ini, mengenai kenapa aku begitu addicted sama Internet, Tentang Kalung kesayanganku, kenapa akhir-akhir ini setiap mengetik aku selalu thypo, bagaimana excitednya aku mengikuti Club BritZone di Library KemendikBud Senayan, Pertemuan ku dengan pria yang mirip gebetanku sewaktu si SMA, dan masih banyak lagi.... sepertinya aku punya cukup stok cerita untuk hari-hari berikutnya. SO, DON'T MISS IT GUYS!!! :D
Read On 3 comments

A Poem to My Karet Kolor Brother :D

3:03 pm
Aku tak tahu banyak tentangnya
Aku mencoba mengenalinya lewat celotehan komen facebooknya
Aku tak punya banyak kata untuk menggambarkan sosoknya
Yang ku tau ia sosok yang humoris, bisa mencairkan suasana, 
mampu membuatku tertawa hingga terpingkal-pingkal,  
kadang membuatku kesal, geregetan atau speechless.
Ia sosok kakak yang mungkin selama ini aku cari, 
ia tak sungkan untuk mengingatkanku ketika aku terlalu sering begadang,
 ataupun memberikan saran yang positif.
Malam tadi, awal aku merasa kagum terhadapnya..
Ia mengingatkan aku terhadap tugas ku sebagai mahasiswi semester akhir
Ia men-supportku melalui sebuah tantangan atau lebih tepatnya janji pada diri sendiri.
Aku senang diperhatikan olehnya, aku suka ketika mendengarnya tertawa lepas, seakan-akan aku pun ingin tertawa sepertinya, aku senang menggodanya dengan gombal-gembel ala Andre Taulani, dan kemudian mendengar responnya yang kegelian mendengar gombalanku.
Aku sangat menghormatinya, terima kasih atas persahabatan virtual yang kau berikan, meskipun belum pernah bertatap muka, kau benar-benar teman yang sangat "baik, pecicilan, narsis, dan apa adanya"



Gambatte kakak karet kolor!!!! :D

Read On 0 comments

#Day1: I'm sorry for being unfriendly recently

12:13 am
Akhir-akhir ini aku sering merasa kesepian, perasaan seperti ini sudah mulai kurasakan pada awal-awal semester 8. Aku akui, pemilihan jurusan merupakan salah satu faktor yang memisahkan aku dengan teman-teman dekatku sewaktu semester awal. Dan semakin hari, jarak itu semakin terasa. Aku semakin tak bisa mengikuti perbincangan mereka, aku merasa agak kikuk dan asing ketika sedang bersama mereka, aku merasa aneh  ketika mereka memanggilku dengan "Panggilan Baru" mereka terhadap satu sama lain, aku merasa mereka tak bisa mengerti apa yang aku inginkan, aku merasa mereka hanya memikirkan diri sendiri, terlalu egois, aku merasa "I do not belong to them". 


Sejak saat itu, aku merasa kesepian, dan sendirian dan aku mulai menjaga jarak dengan mereka. Aku mulai "menghilang" perlahan. Aku jarang datang ke kampus, walaupun ke kampus aku tak kan datang menemui mereka, bersembunyi di dalam perpustakaan umum yang ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas lain yang tak kukenal. Dan aku memang berharap tak ada yang mengenaliku. 

Namun lama-kelamaan mereka yang kuhindari mulai bertanya, mencari, dan kebingungan dengan sikapku belakangan ini. Mereka mengesemesiku, menelponku untuk tahu apa yag terjadi denganku, namun aku tetap membisu, menutup rapat-rapat mulut ku dan berpura-pura bahwa "Aku baik-baik" saja, dan bersembunyi dibalik kata-kata "aku masih seperti yang dulu".

Aku.......... sampai akhirnya lelah berlari, aku bosan melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan bersama-sama mereka sendiri, aku butuh orang lain untuk bercerita, aku ingin berbagi tentang apa yang kurasakan kemarin dan hari ini. Aku merasa tak ada gunanya melakukan hal bodoh seperti ini; berlari dari kenyataan yang seharusnya aku hadapi. Aku ingin kembali, tapi tak tahu harus memulai dari jalan yang mana.

Sudah terlalu lama aku menyalahkan orang lain, aku selalu berharap ingin dimengerti, merasa menjadi orang yang dilukai, dan ditinggalkan, padahal akulah yang membuat kondisi itu ada, aku yang menyendiri, aku yang melukai diri sendiri dengan sikap kekanak-kanakan ini.

Sudah cukup bagiku untuk memposisikan diri sebagai orang yang harus dikasihani, harusnya aku menjadi kuat, menjadi lebih dekat dengan teman-temanku, karena tak lagi banyak waktu yang dapat dibagi untuk bersama-sama, karena semester 8 merupakan awal kami untuk meraih, membangun dan mempercayai mimpi kami, karena setelah ini kami akan mewujudkan impian kami masing-masing, mungkin akan sulit untuk bertemu kembali. Harusnya hal inilah yang aku fikirkan, bukannya malah menjadi egois.

I miss this moment ;'*

For my friends who get confuse with my condition recently, I'm so sorry. I don't mean to make you worry. I just need a few time to think about "How Precious the time that we have right now, because it will never ever come for the second time". Love You All!!!!
#FullofTears
:'D
Read On 3 comments

Labels

Click, then..... see what happen....

Ads 468x60px

Another Transits

Followers

Featured Posts

 

©Copyright 2011 Ozoers | TNB